100

Biografi KH. Yahya Cholil Staquf

dan Perang Dunia II. Pada Perang Dunia I imperium besar

Islam Turki Usmani kalah dan harus menerima kenyataan

pahit karena harus bubar tak berselang lama setelah perang

usai. Kawasan-kawasan bekas kekuasaan Turki Usmani

terkotak-kotak menjadi negara bangsa yang sebagian

besar adalah hasil kompromi negara barat dan elit lokal

yang ingin berkuasa pada wilayah tersebut. Momentum

ini melahirkan negara-negara yang ada di Timur Tengah

yang masih bertahan dengan dinamikanya masing-

masing: Turki, Arab Saudi, Yaman, Iran, Irak, Suriah,

Lebanon, Palestina, Mesir, Libya, Maroko, Tunisia, dan

seterusnya. Bagi Indonesia, sebagai negara yang tengah

memperjuangkan kemerdekaan, Kekhalifahan Islam

tak lagi bisa menjadi model rujukan dalam menemukan

bentuk ideal sistem politik yang akan dibentuk setelah

kemerdekaan dicapai.

Di sisi lain, menjelang Perang Dunia II, pengaruh

negara-negara kolonial melemah, terutama Kerajaan

Belanda, karena ekspansi Jerman dengan gerakan Nazinya

di bawah kepemimpinan Hitler. Implikasinya, kekuasaan

Belanda melemah di Hindia Belanda dan perannya diambil

alih oleh Jepang sebagai bagian dari pemain utama Perang

Dunia II. Ketika kekuatan fasisme melemah dan akhirnya

kalah, Jerman dan Italia di Eropa dan Jepang di Asia,

Hindia Belanda berpeluang besar untuk mendeklarasikan

kemerdekaannya dan jadilah Republik Indonesia pada

1945. Karena melihat persoalan ini sebagai masalah

global, Indonesia merespons permasalahan ini dalam

kerangka humanisme universal. Menurut Gus Yahya, cita-

cita kemerdekaan Republik Indonesia adalah cita- cita

peradaban seperti yang tercantum dalam Pembukaan

UUD 1945.